Merindukanmu, senja..



Teruntuk Senja, Kamu, apa kabar? Aku begitu merindukanmu. Ku rasa, kau akan tetap indah. Mempesona dalam merah. Ku rasa kau akan tetap membuat semua orang memuja, meski dalam keadaan yang biasa.
Banyak yang bilang, kamu selalu indah mempesona. Banyak pula yang berkata, kamu teduh dalam jingga. Kamu, sebenarnya seperti apa?
Tunggu. Janganlah kamu tertawa... Aku memang bukan salah satu dari mereka. Yang senantiasa dapat menemuimu dalam remang, dan menyatakan kekaguman dalam keindahanmu yang memenjara.

Bukannya aku tak ingin bertemu denganmu. Aku sungguh ingin menemuimu. Sungguh. Namun. . .aku juga sungguh-sungguh tak dapat melakukannya.
Kamu, muncul saat hari akan berakhir bukan? Ketika burung-burung kembali ke sarang. Saat para penggembala bersiap pulang. Saat anak-anak kembali dari petualangan seharian. Kamu, akan muncul kemudian. Iya kan?
Sedangkan aku, sebaliknya. Aku muncul ketika hari akan bermula. Mengantarkan mentari yang perkasa. Bersiap bersama ibu-ibu mengepulkan asap dapur mereka. Bersiap bersama embun-embun yang berkilau dan akan menguap segera. Aku, datang bersama mereka.
Jadi, bagaimana bisa aku menemuimu, Senja?

Banyak orang yang mengagumimu, bahkan memujamu. Tapi sedikit sekali orang yang mengiringiku, dan membersamai langkahku menuju hari baru. Mereka dengan suka hati menutup hari bersamamu, bersama teduhmu yang entah telah menutup sebuah harapan baru. Tapi mereka enggan berharap bersama sejukku, dan bergelung dalam selimut yang semakin kaku. Ah, bagaimana mereka mengharapkan akhir yang baik bersamamu tapi tak mau memulai dengan langkah yang berarti denganku?
Ah, sudahlah. Toh kamu bukanlah yang harus bertanggungjawab menjawab semua pertanyaan itu bukan? Toh, bukan salahmu juga mereka lebih mengidolakanmu dan menyisihkanku, bukan begitu?

Aku, ingin sekali ada banyak orang yang menyukaiku. Iya, cukup menyukaiku. Tak perlu hingga memuja seperti yang mereka lakukan padamu. Cukup mereka memulai hari dengan langkah pasti bersamaku. Itu sudah lebih dari membahagiakan buatku.
Maka, bolehkah aku sejenak bertemu denganmu? Meski hanya sekejap. Meski hanya sekedip. Hanya untuk bertanya, apa rahasia dibalik keindahanmu yang memesona? Bukankah kau dan aku sama merahnya?

Komentar

Posting Komentar